Ini adalah kisah
tentang seorang perempuan yang rindu rasanya jatuh cinta.
Saat teman-temannya
sudah ‘dipilih’ untuk jatuh cinta, ia masih berkutat dengan kesendirian. Debar yang
mengganggu belum dirasakannya lagi. Rasa malu-malu yang timbul belum bisa ia
resapi lagi. Kebahagiaan yang muncul saat melihat orang yang disayanginya
bahagia juga belum diingatnya lagi.
Seringkali timbul
pikiran-pikiran absurd dalam kepalanya. Kebosanan akan kesendirian pun mulai
menyerangnya. Kebutuhan akan dorongan semangat dari orang spesial pun juga mulai
menghantuinya. Ia sadar, saat posisinya sedang dalam keadaan tertekan tak ada siapa
pun yang mampu ia andalkan.
Sejak kisahnya
berakhir 5 bulan lalu, ia memutuskan
untuk berusaha menghandle semuanya sendirian. Ia berusaha untuk menjadi kuat. Ia
belajar untuk menerima bahwa sendiri adalah masa sekarang. Tak ada lagi yang
usil mengganggunya saat belajar, tak ada lagi yang memperhatikan hal-hal remeh tentang dirinya. Sebelum ada dia aku mampu. Sekarang pun aku harus tetap mampu. Bisiknya
dalam hati.
Ia pernah berpikir,
patah hati adalah perasaan paling menjengkelkan. Tapi ternyata, ada perasaan
lain yang sama menyebalkannya dengan patah hati. Saat hati sedang merasa kosong dan saat rindu menyerang dan tak ada yang mampu dilakukan.
Ia rindu bagaimana
rasanya (hanya) mengingat seseorang dan memberi kekuatan serta semangat.
Ia rindu bagaimana
rasanya berkorban hanya demi seulas senyum yang mampu menenangkannya.
Ia rindu bagaimana rasanya berdebar menunggu hari bertemu.
Ia rindu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang mau menemani.
Ia rindu rasanya jatuh
cinta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar